## Polemik Film Animasi “Merah Putih: One for All”: Animator Pakistan Tuntut Royalti atas Penggunaan Karakternya
Film animasi Indonesia “Merah Putih: One for All”, yang dijadwalkan tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025, tengah diterpa kontroversi. Seorang animator dan digital artist asal Pakistan, Junaid Miran, secara mengejutkan muncul ke permukaan dan melayangkan tudingan serius terhadap tim produksi film tersebut. Ia mengklaim bahwa beberapa karakter utama dalam film animasi “Merah Putih: One for All” merupakan aset ciptaannya yang digunakan tanpa izin dan tanpa memberikan kompensasi finansial maupun kredit yang seharusnya ia terima.
Polemik ini berawal dari komentar Junaid Miran di kolom komentar akun YouTube “Dibalik Mindplace”. Dengan lantang, ia menyatakan dirinya sebagai kreator karakter-karakter 3D yang tampil menonjol dalam film tersebut. “Saya seniman yang membuat semua karakter ini. Jadi, apakah saya dibayar dan mendapat kredit atau tidak?” tulis Miran dalam komentarnya yang diunggah pada Minggu, 10 Agustus 2024. Komentar tersebut langsung viral dan memicu gelombang kehebohan di dunia maya.
Netizen Indonesia pun ramai-ramai memberikan tanggapan, sebagian besar mengekspresikan rasa terkejut dan simpati terhadap nasib Miran. Banyak yang mempertanyakan status pembayaran atas penggunaan aset digital tersebut dan pesimis tim produksi akan mengakui kesalahan dan memberikan kompensasi yang layak. Komentar-komentar serupa membanjiri kanal YouTube pribadi Junaid Miran, yang kemudian mendorongnya untuk memberikan klarifikasi lebih lanjut.
Dalam komentar balasan di kanal YouTube pribadinya, Miran menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan netizen Indonesia. Namun ia menegaskan bahwa hingga saat itu, belum ada pihak dari tim produksi “Merah Putih: One for All” yang menghubunginya untuk meminta izin, memberikan bayaran, atau bahkan sekadar memberikan apresiasi atas penggunaan karyanya. “Terima kasih atas apresiasinya, kalian yang berasal dari Indonesia! Untuk menjawab pertanyaan yang paling umum: Tidak, tidak ada seorang pun dari tim produksi yang menghubungi saya atau memberi saya apresiasi atas penggunaan karakter saya sebagai karakter utama dalam film ini,” tegas Miran. Ia menambahkan, “Mereka menggunakan total enam karakter ciptaan saya.”
Di sisi lain, Endiarto, sutradara dan produser eksekutif “Merah Putih: One for All”, telah memberikan tanggapan atas tudingan tersebut. Menanggapi kritikan netizen terkait dugaan penggunaan aset dari studio animasi 3D luar negeri, Endiarto menyatakan bahwa visual dalam film merupakan hasil kerja keras para animator yang terlibat dalam produksi. Ia juga berargumen bahwa kemiripan visual di dunia kreatif merupakan hal yang wajar. “Sebuah film animasi itu ada kebebasan gaya. Di situ kita bisa dapatkan interpretasi dari keahlian animator, lalu diformulasikan dalam bentuk visual,” jelasnya. “Kalau pun itu mendekati dan hampir mirip, kan enggak bisa kita harus patok. Dunia itu luas, kalau ada kemiripan ya itu sah-sah saja,” tambahnya.
Namun, profil Junaid Miran di situs ArtStation memberikan gambaran yang berbeda. Sebagai Freelance Digital Artist dari Lahore, Pakistan, Miran telah berkecimpung di dunia digital art dan 3D modeling selama hampir satu dekade, setelah sebelumnya menjabat sebagai art director. Ia telah menciptakan puluhan karakter 3D yang dijual di berbagai platform, termasuk Reallusion. Karakter-karakter yang diduga digunakan dalam “Merah Putih: One for All” juga dijual melalui platform tersebut.
Sebelum kontroversi ini mencuat, film “Merah Putih: One for All” sudah menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen. Berbagai aspek film, mulai dari kualitas animasi, detail visual, hingga keselarasan audio dalam trailer yang dirilis beberapa pekan sebelum penayangan, menjadi sorotan dan menuai banyak kritikan. Banyak netizen yang melihat berbagai kejanggalan dan kekurangan dalam pengerjaan film ini.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan besar tentang praktik etika dan hukum hak cipta di industri film animasi Indonesia. Apakah klaim Junaid Miran akan ditindaklanjuti secara hukum? Bagaimana respon resmi dari pihak produksi “Merah Putih: One for All” selanjutnya? Pertanyaan-pertanyaan ini masih menunggu jawaban dan akan terus menjadi sorotan publik. Kita perlu menunggu perkembangan lebih lanjut untuk melihat bagaimana polemik ini akan diselesaikan. #MerahPutihOneForAll #HakCipta #AnimasiIndonesia #JunaidMiran #Plagiarisme #IndustriAnimasi